L&G Risk Registered by Otoritas Jasa Keuangan KEP-667/KM.10/2012

Ketahui Titik Lemah Bisnis Anda — Asesmen Gratis untuk 10 Penelepon Pertama hari ini.

Isi form di bawah untuk langsung mendapatkan asesmen risiko gratis dari tim ahli kami.
Atau silakan kirimkan ke email: halo@lngrisk.co.id

    OJK Registered KEP-667/KM.10/2012
    Ketahui Titik Lemah Bisnis Anda - Asesmen Gratis untuk 10 Penelepon Pertama Hari Ini
    Isi form di bawah untuk langsung mendapatkan asesmen risiko gratis dari tim ahli kami.

      General Insurance

      Silakan konsultasikan kebutuhan asuransi anda bersama kami

      Previous | Next

      Artikel ini merupakan bagian pertama dari lima seri pemikiran strategis yang membahas prospek industri perasuransian dan reasuransi Indonesia menuju tahun 2026. Tulisan ini disusun dari sudut pandang praktisi yang terlibat langsung dalam pengelolaan risiko, penempatan asuransi, dan dinamika pasar reasuransi. Pembahasan mencakup perkembangan ekonomi nasional dan global, arah kebijakan pemerintah, potensi risiko dan klaim, serta kesiapan kapasitas industri reasuransi Indonesia dalam menjawab tantangan ke depan.

      Indonesia 2026: Pertumbuhan Ekonomi dan Kenaikan Eksposur Risiko

      Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif pasca konsolidasi politik nasional. Arah pembangunan difokuskan pada infrastruktur, energi, hilirisasi industri, pangan, dan proyek strategis nasional (PSN). Dari perspektif asuransi dan reasuransi, percepatan ekonomi hampir selalu berjalan seiring dengan kenaikan eksposur risiko.

      Setiap kilometer jalan tol baru, pembangkit listrik, pabrik pengolahan, pelabuhan, hingga proyek energi terbarukan membawa potensi risiko konstruksi, risiko operasional, risiko finansial, serta potensi klaim bernilai besar. Di sinilah reasuransi memainkan peran fundamental sebagai penyangga stabilitas industri asuransi.

      Namun, pertanyaannya bukan lagi apakah risiko meningkat, melainkan apakah kapasitas reasuransi siap mengikutinya.

      Permintaan Reasuransi Akan Tumbuh, Tapi Tidak Merata

      Memasuki 2026, permintaan reasuransi di Indonesia diperkirakan meningkat signifikan, terutama pada lini-lini berikut:

      Indonesia berada di kawasan ring of fire, dengan risiko gempa bumi, banjir, tsunami, dan letusan gunung berapi. Pertumbuhan properti komersial, kawasan industri, dan infrastruktur publik otomatis meningkatkan akumulasi risiko (risk aggregation). Reasuransi properti dan catastrophe excess of loss akan tetap menjadi tulang punggung pasar.

      Proyek EPC berskala besar—pembangkit listrik, smelter, jalan tol, pelabuhan—memerlukan struktur reasuransi yang solid. Klaim engineering cenderung low frequency, high severity, sehingga tanpa reasuransi yang memadai, solvabilitas perusahaan asuransi bisa tertekan.

      Pertumbuhan logistik, ekspor-impor, serta proyek energi (oil & gas maupun renewable energy) mendorong kebutuhan reasuransi marine cargo, marine hull, offshore construction, dan operational energy risk.

      Namun, tidak semua lini akan tumbuh dengan kualitas yang sama. Reasuradur global semakin selektif, terutama untuk risiko dengan loss history buruk, data underwriting lemah, atau mitigasi risiko yang tidak memadai.

      Siklus Reasuransi Global: Kapasitas Ada, Tapi Mahal dan Selektif

      Pasar reasuransi global saat ini masih berada dalam fase hard-to-stable market. Setelah lonjakan klaim global akibat bencana alam, pandemi, dan konflik geopolitik, reasuradur besar menerapkan:

      1. Kenaikan tarif reasuransi,
      2. Peningkatan deductible dan attachment point,
      3. Pengetatan wording dan exclusion,
      4. Penekanan pada kualitas data dan risk management.

      Untuk Indonesia, ini berarti kapasitas reasuransi sebenarnya tersedia, tetapi:

      1. Tidak otomatis murah,
      2. Tidak otomatis penuh,
      3. dan Tidak otomatis fleksibel.

      Program reasuransi yang disusun tanpa data teknis yang kuat, loss prevention plan, dan risk narrative yang jelas akan sulit mendapatkan dukungan optimal dari pasar global.

      Di sinilah peran broker reasuransi dan insurance broker menjadi sangat strategis, bukan sekadar penempatan, tetapi membangun kepercayaan pasar.

      Tantangan Utama Reasuransi Indonesia Menuju 2026

      Perubahan iklim meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir dan cuaca ekstrem. Klaim yang dulunya dianggap secondary peril kini menjadi klaim utama. Ini memengaruhi struktur reasuransi dan pricing.

      Masih banyak risiko di Indonesia yang diasuransikan dengan data terbatas, site survey minimal, dan dokumentasi teknis yang kurang memadai. Reasuradur global semakin tidak toleran terhadap pendekatan ini.

      Perusahaan asuransi lokal menghadapi dilema antara:

      1. Retensi yang terlalu besar → risiko solvabilitas
      2. Retensi terlalu kecil → premi bocor ke luar negeri

      Menentukan retention yang optimal akan menjadi isu strategis di 2026.

      Perubahan suku bunga, nilai tukar, dan geopolitik memengaruhi cost of reinsurance, terutama untuk kontrak dalam mata uang asing.

      Peluang Strategis yang Sering Terlewatkan

      Di balik tantangan, terdapat peluang besar bagi industri reasuransi Indonesia:

      Produk parametric untuk banjir, gempa, atau cuaca ekstrem mulai dilirik. Reasuransi parametric menawarkan kecepatan klaim dan kepastian struktur.

      Klien yang memiliki HSE kuat, disaster preparedness plan, dan maintenance program yang baik akan memperoleh syarat reasuransi yang lebih kompetitif.

      Kerja sama reasuradur lokal dengan pasar internasional, termasuk facultative support dan treaty berbasis portofolio berkualitas, dapat meningkatkan kapasitas nasional.

      Broker tidak lagi hanya “mencari kapasitas”, tetapi merancang arsitektur transfer risiko yang efisien, berkelanjutan, dan bankable.

      Apa yang Perlu Dilakukan Pelaku Industri Sekarang?

      Menuju 2026, langkah-langkah berikut menjadi krusial:

      1. Audit eksposur risiko secara menyeluruh, bukan hanya nilai aset.
      2. Perbaiki kualitas underwriting information sejak awal.
      3. Evaluasi ulang struktur reasuransi: quota share vs excess of loss.
      4. Libatkan broker sejak tahap perencanaan proyek, bukan setelah kontrak ditandatangani.
      5. Bangun narasi risiko yang kredibel untuk pasar reasuransi global.

      Reasuransi Bukan Sekadar Perlindungan, Tapi Strategi

      Tahun 2026 akan menjadi periode penting bagi industri perasuransian Indonesia. Reasuransi tidak lagi dapat dipandang sebagai pelengkap, melainkan sebagai alat strategis untuk menjaga stabilitas, pertumbuhan, dan keberlanjutan industri.

      Perusahaan yang memahami risiko secara utuh, didukung data dan strategi reasuransi yang tepat, akan lebih siap menghadapi ketidakpastian. Sebaliknya, mereka yang mengandalkan pendekatan konvensional akan semakin tertekan oleh realitas pasar global.

      Pada artikel berikutnya, kita akan membahas bagaimana perubahan regulasi OJK dan kebijakan pemerintah akan membentuk wajah industri perasuransian Indonesia di tahun 2026.

      JANGAN BUANG WAKTU ANDA DAN AMANKAN FINANCIAL DAN BISNIS ANDA DENGAN ASURANSI YANG TEPAT.

      HOTLINE L&G 24 JAM: 0811-8507-773 (PANGGILAN – WHATSAPP – SMS)

      Website: lngrisk.co.id 

      Email: halo@lngrisk.co.id 

      Disclaimer
      Informasi dalam website ini bertujuan untuk edukasi, berbagi wawasan, dan pengalaman di bidang manajemen risiko dan asuransi. Konten tidak dimaksudkan untuk mengajari, menyalahkan, menuduh, atau merugikan pihak mana pun. Jika terdapat kesamaan nama, tempat, waktu, atau peristiwa lain, hal tersebut tidak disengaja. Kami memohon maaf apabila ada pihak yang merasa kurang berkenan. Seluruh keputusan atau tindakan berdasarkan informasi di situs ini merupakan tanggung jawab pembaca sepenuhnya. Kami tidak menjamin kelengkapan, keakuratan, atau hasil dari penggunaan informasi ini. Untuk kebutuhan spesifik, silakan berkonsultasi dengan profesional yang kompeten.

      Connect With Us

      Talk to Our Team